Laura Anna Wafat, Kenali Spinal Cord Injury. Penyakit Dideritanya Sebelum Meninggal!

- 15 Desember 2021, 14:14 WIB
Ilustrasi: Laura Anna Wafat, Kenali Spinal Cord Injury. Penyakit Dideritanya Sebelum Meninggal!
Ilustrasi: Laura Anna Wafat, Kenali Spinal Cord Injury. Penyakit Dideritanya Sebelum Meninggal! /Pixabay /@madartzgraphics

OKE BIMA - Kabar meninggalnya Laura Anna datang cukup tiba-tiba. Bahkan banyak yang terkejut dari kabar tersebut.

Dilansir Okebima.com dari akun Instagram @shandypurnamasari, 15 Desember 2021, Shandy Purnamasari kabari meninggalnya Laura Anna.

"Innalilahiwainailaihi rajiun Lora (Laura Anna) uda ga sakit lagi, uda ga sedih lagi, uda bisa jalan lagi," kata Shandy Purnamasari.

Baca Juga: Belajar dari Park So Dam, Begini Gejala dan Faktor Penyebab Kanker Tiroid!

Menurut Shandy Purnamasari kini Laura Anna sudah bahagia, ia pun tak luput kirimkan doa dan Al-Fateha.

"Lora uda bahagia di sisi Tuhan. Semua sayang sama lora Al fatehah utk lora," tulis Shandy Purnamasari.

Unggahan Shandy Purnamasari soal kepergian Laura Anna.
Unggahan Shandy Purnamasari soal kepergian Laura Anna. Tangkap layar Instagram @shandypurnamasari

Sebagaimana diketahui, selebgram 21 tahun ini meninggal dunia, setelah harus berjuang mengidap spinal cord injury atau cedera tulang belakang.

Baca Juga: Ahmad Dhani dan Mulan Jameela Dituding Tak Karantina, Simak 3 Fakta Uniknya!

Penyakit yang diderita oleh Laura Anna tersebut setelah dirinya dan mantan pacarnya Gaga Muhammad mengalami kecelakaan tahun 2019.

Dikutip Alo Dokter, dr. Novalia Arisandy beberkan bahwa spinal cord injury merupakan terjadinya kerusakan saraf tulang belakang.

Kerusakan tulang belakang tersebut akibat trauma/cedera atau nontrauma pada tulang belakang.

Baca Juga: Waduh! Padahal Film Spider-Man: No Way Home Tayang Hari Ini, TIX ID Tiba-Tiba Refund Tiketnya!

Kerusakan tulang belakang tersebut menimbulkan gangguan fungsi motorik, sensorik, atau fungsi vegetatif seperti gangguan berkemih, buang air besar.

Selain itu, Kerusakan tulang belakang tersebut dapat menyebabkan fungsi seksual secara permenen atau sementara.

Hal ini tentu tidak hanya berimbas pada fisik, tetapi secara mental dan emosional, juga aktivitas sosial.***

Editor: Zainul Abidin


Tags

Artikel Rekomendasi

Terkini